Homelogo-ta

mie lethek Bantul

Mantan Sopir Bajaj Sukses Bangun Pabrik Mie dengan Omset Ratusan Juta Rupiah

BANTUL, Jogjaaja.com - Meski hanya menempuh pendidikan sampai jenjang SMP,  Fransiskus Xaverius Subeno Prayogo Kastu  yang akrab disapa Pak Be merupakan seorang pekerja keras. Tahun 1990, ia merantau ke Jakarta dan menjadi seorang sopir bajaj. Ia juga sempat merasakan kerasnya kehidupan dengan mengamen. 

Sempat berjualan minyak goreng, pada tahun 2006 Pak Be berjualan kerupuk. Namun gempa yang melanda Jogja, membuat Pak Be harus berpikir keras hingga akhirnya membuat usaha kerupuk mentah.

Saat menekuni usaha kerupuk mentah ini, Pak Be merasakan masa-masa suram. Akhirnya pada 2009, Pak Be memutuskan untuk membuat mie resik.

“Jogja ini kan terkenal dengan mie lethek. Nah, saya terinspirasi untuk menjadikan mie lethek ini sebagai usaha tetapi dengan nama mie resik. Kenapa mie resik? Karena semua peralatan dan proses pembuatan mie ini diusahakan semuanya harus bersih,” terang Pak Be beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, usaha pabrik mie milik Pak Be ini mengusung brand Mie Reshik Cap Dokar di bawah naungan Talang Berkah Jaya. Nama Dokar sendiri diartikan sebagai doa dan karya.

“Doa itu kepanjangan dari doa dan karya karena di saat saya jatuh, yang bisa saya lakukan adalah berdoa dan berkarya,” tuturnya.

Saat memulai usaha, Pak Be harus mengeluarkan modal sekitar Rp60 juta untuk membeli bahan baku mie. Sementara untuk mesin-mesinnya, Pak Be merangkai sendiri agar biaya lebih murah.

“Bahan baku mie resik ini adalah tepung cassava dan tepung tapioka, baik dari lokal maupun Lampung. Kenapa saya memilih bahan-bahan ini? Bahan-bahan ini mengandung gluten free yang bagus untuk diet dan menjaga kesehatan” katanya.

Untuk membuat mie resik, harus melalui serangkaian proses yang cukup panjang dan memakan waktu beberapa hari. Yang pertama, tepung cassava atau tepung gaplek dicuci dan diredam sampai bersih. Setelah bersih ditiriskan dan dimasukkan ke mesin mixer untuk dicampur dengan tapioca dalam takaran tertentu. 

Proses selanjutnya adalah dikukus dan dimasukkan ke mixer lagi untuk dicampur dengan tepung tapioca yang mentah. Tepung yang sudah sampai pada tingkat kekentalan tertentu kemudian dipress hingga keluar buliran-buliran mie. Langkah berikutnya adalah kembali dikukus. Dari pengukusan, ditiriskan sekitar 9 jam.

“Setelah itu dicuci dan dicetak sebelum akhirnya dijemur. Warna dari mie ini tergantung dari cuaca. Kalau cuaca cerah, warna mie terlihat bersih tapi kalau cuaca kurang bagus warna mienya agak terlihat pucat,” lanjutnya.

Saat ini Pabrik Mie Reshik Cap Dokar milik Pak Be bisa memproduksi 1.700 kwintal sampai 2 ton sekali produksi. Angka tersebut menghasilkan 350-375 kilogram mie siap jual. Setiap bulan, Pak Be bisa meraup omset hingga ratusan juta rupiah.

Kendati demikian, Pak Be mengaku dirinya bisa sampai pada titik ini karena berproses. Ia mengalami jatuh bangun dalam menjalankan usahanya.

“Kuncinya orang usaha itu harus dokar yaitu berdoa dan berkarya diimbangi dengan bersedekah. Semakin banyak kita memberi, maka kita akan semakin banyak menerima. Itu sesuai dengan nama Talang Berkah Jaya yang menaungi usaha ini. Kita semakin menjadi talang berkah, kita akan semakin jaya,” tutupnya. (*)

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...