Sleman

8 Perguruan Tinggi Adakan Deklarasi di UGM, Sepakat Susun Kurikulum Bersama

  • SLEMAN, Jogjaaja.com - Sebanyak delapan perguruan tinggi menggelar Deklarasi Asosiasi Prodi Rekayasa Internet dan Komputer Jaringan di Universitas Gadjah Mada (
Sleman
Ties

Ties

Author

SLEMAN, Jogjaaja.com - Sebanyak delapan perguruan tinggi menggelar Deklarasi Asosiasi Prodi Rekayasa Internet dan Komputer Jaringan di Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Selasa (9/8/2022) kemarin.

Asosiasi ini nantinya akan mewadahi pembentukan kurikulum.

Ketua Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Internet Sekolah Vokasi UGM, sekaligus Koordinator Pelaksana Deklarasi, Ronald Adrian mengatakan, nantinya design kurikulum akan sama secara nasional.

Bahkan, ia juga menjelaskan bahwa kurikulum ini nantinya tidak hanya untuk delapan perguruan tinggi saja, namun bisa diaplikasikan juga ke perguruan tinggi lain.

"Baik nanti diterapkan di UGM, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Politeknik Negeri Padang, atau dari Sumatera Barat sampai Papua," jelasnya kepada wartawan pasca-acara, Selasa (9/8/2022).

Dalam kurikulum baru yang akan disusun, nantinya profil lulusan akan lebih variatif. Dari mulanya hanya mengakomodir dua profil lulusan ,yakni pengembang internet atau internet developer dan juga internet of things.

 

 


Nantinya akan bertambah tiga profil lulusan baru yakni berkaitan dengan keamanan di bidang jaringan komputer, berkaitan dengan komputasi awan atau cloud computing, dan juga teknopreneur bidang IT sehingga total akan menjadi lima profil jurusan.


"Kalau dulu istilahnya masih sangat eksklusif, kami kami hanya mengakomodir dua profil lulusan saja," jelasnya.


Menurutnya tidak menutup kemungkinan nantinya dosen bisa mengajar antarkampus. Deklarasi asosiasi ini sebagai pondasi, nantinya diperlukan Memorandum of Understanding (MoU) untuk legalitas yang lebih kuat lagi antar universitas.


"Sebenarnya sudah ada wadahnya di Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) eksternal, akan buat juga internal antar prodi yang bernaung di bawah asosiasi dan ini wadahnya," katanya.


Asosiasi ini akan mewadahi program-program studi yang sejenis. Seperti Departemen Teknik Elektro Dan Informatika Sekolah Vokasi UGM, Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang, Prodi Teknologi Rekayasa Internet PENS Surabaya, Prodi Teknologi Rekayasa Internet Politeknik Amamapare Timika.


Lalu Prodi Teknologi Rekayasa Komputer Jaringan Universitas Bung Hatta, Prodi Teknologi Rekayasa Komputer Jaringan Politeknik Negeri Tanah Laut,Prodi Teknologi Rekayasa Komputer Politeknik Payakumbuh, serta Politeknik Negeri Lampung.

"Pertama kami akan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian, dan juga pengabdian masyarakat. Jadi Tri Dharma perguruan tinggi kami coba elaborasi lebih dalam," paparnya.

Edy pun memaparkan, terdapat dua kebijakan pokok yang dilaksanakannya, untuk menekan angka stunting. Mulai dari pendekatan sensitive, dan diikuti langkah spesifik.

Pada pendekatan sensitif, katanya, pihaknya menjadikan tim penanganan stunting di wilayah sebagai ujung tombak pergerakan edukasi.

"Imbauan secara persuasif kami berikan kepada orang tua anak yang terindikasi stunting. Umur balita menjadi sasaran prioritas. Orang tua kami tekankan, supaya memperhatikan asupan gizi yang cukup kepada anaknya," jelasnya.

Ia mengimbuhkan, Pemkot Jogja juga menganggarkan dana dari APBD untuk pemberian makanan tambahan bagi anak.

Selain itu, pihaknya selalu mendorong peran masyarakat maupun pengusaha, via program dapur balita sehat.

"Sedangkan untuk pendekatan spesifik, Dinas Kesehatan melakukan pantauan langsung, ada pengukuran berat, serta tinggi badan. Intervensinya masih sama, dengan dukungan pemenuhan gizi atau makanan tambahan," jelasnya lagi.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, Emma Rahmi Aryani, menyampaikan angka stunting di wilayahnya kini telah melampaui target dari pemerintah pusat per 2024, yakni 14 persen.

Dengan demikian, menurutnya sudah saatnya Kota Jogja tancap gas guna merealisasikan target zero stunting.
Selain itu, ia juga menjelaskan bawa pemetaan terhadap 45 kelurahan di Kota Jogja sudah ditempuh.

Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, pihaknya mengklasifikasi ke dalam beberapa zona, selaras tingkat prevalensi stunting di setiap wilayah.


“Penentuan zona berdasar balita dua tahun yang memiliki status gizi pendek dan sangat pendek dibandingkan dengan jumlah total baduta yang berada di kelurahan tersebut.”

" Dari hasil prevalensi tersebut, kemudian kami kelompokkan berdasar cut off peta Kemenkes," urai Emma. (Eff)