Bantul

Biosaka Mampu Hasilkan 8,96 Ton Gabah Kering Panen

  • BANTUL, Jogjaaja.com - Harga pupuk yang terus melambung tinggi membuat para petani harus terus memutar otak dan berinovasi untuk mengembangkan metode pertanian
Bantul
Ties

Ties

Author

BANTUL, Jogjaaja.com - Harga pupuk yang terus melambung tinggi membuat para petani harus terus memutar otak dan berinovasi untuk mengembangkan metode pertanian yang maju dan mandiri. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian Republik Indonesia mendukung penuh sebuah inovasi sederhana yang memberikan hasil panen yang luar biasa, ialah biosaka.

Biosaka merupakan ramuan larutan tumbuhan yang berperan sebagai elisitor yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus perlindungan berbasis ekologi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Biosaka digagas oleh Muhamad Anshar, petani asal Blitar.

Di Kabupaten Bantul sendiri, penggunaan biosaka sudah diterapkan pada 400 hektar sawah dimana 214 hektar berada di Kapanewon Imogiri dengan rata-rata 18 anakan per rumpun dan menghasilkan umbinan 8,96 ton per hektar gabah kering panen (GKP). Oleh karena itu, Kementerian Pertanian RI menunjuk Kapanewon Imogiri sebagai tuan rumah pembuatan biosaka serentak secara nasional. Bertempat di Lapangan Kebonagung, sebanyak seribu orang secara serentak membuat ramuan biosaka yang juga memecahkan rekor MURI.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyampaikan bahwa Kabupaten Bantul merupakan wilayah yang telah ditunjuk oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai salah satu wilayah penyangga pangan nasional. Oleh karena itu Bantul terus mendorong sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor ekonomi unggulan agar terus berkembang.

"Biosaka, metode pertanian yang baru, yang terbukti lebih efisien dan lebih ramah lingkungan, patut dan layak untuk terus dikembangkan. Bersama-sama mari kita pastikan semua petani di Kabupaten mengetahui cara membuat biosaka dan mengetahui manfaat-manfaat biosaka. Ini adalah awal bagi Bantul untuk mengembangkan pertanian agar efisien dari segi modal, dan lebih banyak dari segi hasil. Mari wujudkan Kabupaten Bantul sebagai kabupaten biosaka," ujar Halim.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Bupati Bantul, Plh. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan DIY Yuna Pancawati, SE, M.Si mengajak seluruh stakeholder untuk mendukung para petani yang terus berjuang dan berkarya dalam menciptakan kemandirian pangan dengan membeli produk-produk pertanian lokal.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Dr. Ir. Suwandi, M.Si menuturkan bahwa biosaka memiliki kualitas, jenis dan karakteristik agroekosistem masing-masing wilayah dan itu merupakan kearifan lokal setiap wilayah tersebut. 

Hasil ramuan biosaka hanya bisa dipakai oleh petani itu sendiri dan tidak bisa diaplikasi di luar wilayahnya. (*)