News

Demonstran ini Nekad Interupsi Penayangan Berita di Rusia

  • Seorang wanita dengan kertas yang berisi penolakan terhadap perang masuk ke set program berita di sebuah saluran televisi Rusia.
News
Ties

Ties

Author

MOSKOW - Seorang wanita dengan kertas yang berisi penolakan terhadap perang masuk ke set program berita di sebuah saluran televisi Rusia.

Kejadian itu terjadi pada hari Senin, 14 Maret 2022 dalam program berita malam di saluran milik pemerintah Rusia, Channel 1, seperti dikutip dari BBC pada 15 Maret 2022.

Wanita itu bernama Marina Ovsyannikova dan ternyata merupakan seorang editor bagi Channel 1 di Rusia. Kini, ia dilaporkan sedang ditahan pihak kepolisian.

Tanda yang dibawa bertuliskan “tolak perang, hentikan perang, jangan percaya propaganda, mereka membohongi kalian di sini”.

Sebelum protes yang terjadi saat tayangan langsung program berita malam, ia merekam video dan menyebut peristiwa di Ukraina sebagai kejahatan. Ia juga mengaku malu bekerja untuk apa yang ia sebut sebagai propaganda Kremlin.

“Saya malu membiarkan diri saya berbohong dari layer televisi. Malu karena membiarkan penduduk Rusia berubah menjadi zombie,” jelasnya sebagaimana dikutip dari laman resmi TrenAsia.com jaringan resmi Jogjaaja.com.

Ia juga mendorong penduduk Rusia untuk menentang perang.

Sejak kejadian itu dan namanya yang telah diketahui, laman Facebooknya dibanjiri komentar yang berisi ucapan terima kasih.

Saat ini, berita-berita di Rusia dikontrol ketat oleh pemerintah Rusia. Mereka hanya menayangkan kejadian di Ukraina menurut versi Rusia.

Berita-berita di televisi Rusia telah lama dikontrol pemerintah dan sudut pandang independen jarang ada di seluruh saluran utama.

Media Rusia yang dikendalikan menyebut perang di Ukraina sebagai ‘operasi militer khusus’ dan membuat Ukraina sebagai agresor dengan pemerintahan neo-Nazi.

Sejumlah media sosial telah diblokir di Rusia yang berarti semakin terbatasnya jumlah dan keragaman berita yang tersedia bagi orang-orang di Rusia.

Peraturan yang ditetapkan sejak invasi ke Ukraina telah mengubah lanskap media menjadi semakin kejam. 

Undang-undang yang disahkan awal bulan ini melarang menyebut aksi militer Rusia sebagai "invasi" atau menyebarkan berita "palsu" tentang itu.