Jogja

Desentralisasi Pengelolaan Sampah, Pemkot Jogjakarta Olah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif

  • YOGYA, Jogjaaja.com  Pemerintah Kota Yogyakarta siap untuk melakukan desentralisasi pengolahan sampah secara mandiri menindaklanjuti penutupan Tempat Pembu
Jogja
mala

mala

Author

YOGYA, Jogjaaja.com  Pemerintah Kota Yogyakarta siap untuk melakukan desentralisasi pengolahan sampah secara mandiri menindaklanjuti penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada April 2024. Desentralisasi pengolahan sampah di Kota Yogyakarta dioptimalkan di Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di tiga lokasi. Pemkot Yogyakarta mengelola sampah salah satunya  menjadi Refused Derived Fuel (RDF) bahan bakar alternatif.

“Yang jelas siap untuk desentralisasi sampah. Komitmen Pemkot (Yogya) itu. Karena kebijakan desentralisasi sampah, mau tidak mau, suka tidak suka, kita cancut taliwanda (segera mengerjakan),” kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo saat buka bersama dengan para jurnalis, beberapa waktu lalu.

Singgih menegaskan Pemkot Yogyakarta menyiapkan 3 lokasi untuk desentralisasi pengelolaan sampah yaitu di TPS 3R Nitikan, Karangmiri dan Kranon. Pada TPS 3R Nitikan dilakukan penataan revitalisasi dengan pemasangan mesin-mesin untuk mengolah menjadi RDF. Sedangkan di Karangmiri dan Kranon tahapnya membangun baru.

Singgih menyatakan konsep pengelolaan sampah yang dilakukan Pemkot Yogyakarta bukan menumpuk sampah, tapi mengolah sampah. Salah satu hasil pengolahan sampah itu adalah RDF sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Pemkot Yogyakarta sudah menandatangani kesepakatan bersama dengan PT Bangun Solusi Indonesia tentang kerja sama pemanfaatan RDF Kota Yogyakarta sebagai bahan bakar alternatif.

“Sementara kita menyiapkan di tiga lokasi. Yang sekarang sudah operasional di Nitikan 30 ton per hari untuk RDF sudah mulai,” ujarnya.

Singgih menyebut nantinya TPS 3R di Nitikan ditargetkan bisa mengolah sampah 60 ton/hari, Karangmiri 30 ton/hari, Kranon 30-40 ton/hari. Pengolahan sampah difokuskan menjadi RDF. Singgih mencontohkan pengelolaan kompos, sampah masuk 30 ton maka hasilnya yang keluar juga 30 ton. Sedangkan pengelolaan RDF sampah masuk 30 ton hasilnya yang keluar 25 ton.

“Residunya masih ada. Residunya kita maintenance secara khusus. Jadi saya kira nanti awal Mei kami rencanakan 120-140 ton sampah kita kelola. Selisihnya kita distribusi. Di Bantul ada pengelola, kita bayar,” ucap Singgih.

Terkait sampah yang menumpuk di beberapa depo, Singgih mengatakan dilakukan mitigasi dengan evakuasi sampah . Menurutnya sudah ada komunikasi dengan Pemda DIY dan diberikan kuota tambahan sehingga seiring berjalannya waktu, penumpukan sampah di depo bisa berkurang signifikan. Baik depo sampah di Mandala, Pengok, Argolubang, THR di Jalan Brigjen Katamso dan Lapangan Karang Kotagede.

"Yang lain mandali (aman terkendali). Lalu (sampahnya) mau dibuang ke mana? Sebelum tutup, ya kesana dulu(TPA Piyungan),” tegasnya. (*)