Gaya Hidup

Ganja Medis Bermanfaat Bagi Penderita Cerebral Palsy?

  • YOGYA, Jogjaaja.com - Beberapa waktu lalu, seorang ibu dan anaknya menjadi viral lantaran membentangkan tulisan  “anak saya membutukan ganja medis”, saat a
Gaya Hidup
Ties

Ties

Author

YOGYA, Jogjaaja.com - Beberapa waktu lalu, seorang ibu dan anaknya menjadi viral lantaran membentangkan tulisan  “anak saya membutukan ganja medis”, saat acara car free day di Jakarta.

Sang ibu itu mengatakan, anaknya terkena cerebral palsy, sehingga membutuhkan ganja medis.

Laman Mayo Clinic sendiri menyebut kondisi cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi keseimbangan, gerakan, dan tonus otot.

Orang dengan kondisi ini biasanya mengalami kesulitan bergerak, berjalan, berbicara, bahkan menelan.

Lalu, benarkah ganja medis berguna bagi penderita cerebral palsy? Apa saja manfaatnya?

Salah satu kegunaan ganja medis bagi para penyandang cerebral palsy adalah untuk  mengelola kejang parah dan epilepsi.

Penelitian tentang penggunaan ganja medis pada cerebral palsy memang masih terbatas.

Namun, temuan dari beberapa studi menunjukkan bahwa ganja medis menawarkan sejumlah manfaat, termasuk pengendalian rasa sakit, pengurangan gerakan kejang, epilepsi, dan banyak lagi.

Pada tahun 2011, hasil penelitian tentang pengobatan nyeri pada penderita cerebral palsy diterbitkan oleh departemen kesehatan AS melalui National Institutes of Health (NIH).
Adam T. Hirsh, asisten profesor dari School of Science Indiana University, bersama rekan-rekannya meneliti sebanyak 83 orang dewasa dengan cerebral palsy dalam penelitian tersebut.

Melalui penelitiannya, mereka mencoba 23 obat yang berbeda untuk nyeri pada penderita cerebral palsy, termasuk ganja medis.

“Treatment yang dinilai paling melegakan—meredakan nyeri—adalah ganja,” tulis studi berjudul “Survey Results of Pain Treatments in Adults with Cerebral Palsy” tersebut, dikutip Minggu (3/7/2022).

“Namun, kurang dari 5 persen dari sampel yang dilaporkan pernah menggunakan obat ini untuk nyeri,” sambungnya.

Penelitian ini juga menyebut bahwa lokasi nyeri yang paling umum adalah punggung bagian bawah, pinggul, dan kaki.

Selain nyeri yang umum dirasakan, ada pula kondisi ‘spastic quadriplegia’, yakni bentuk cerebral palsy yang paling parah.

Mayoritas anak dengan spastic quadriplegia tidak bisa berjalan, dan kemampuan berbicara mereka biasanya sangat terpengaruh.

Terkait kondisi ini, penelitian lain menyebut bahwa ganja medis dapat menawarkan berbagai manfaat terapeutik. Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh NIH pada tahun 2007, berjudul “Marijuana: an effective antiepileptic treatment in partial epilepsy? A case report and review of the literature”.

Penelituan yang dilakukan Katherine Mortati dkk. ini menyatakan, bahwa pengalaman klinis dan penelitian pada hewan menunjukkan konstituen aktif dalam ganja, yang membantu mengendalikan kejang parsial yang sering terlihat pada orang dengan spastic quadriplegia.

“Di sini kami juga menyajikan kasus seorang pria 45 tahun dengan cerebral palsy dan epilepsi, yang menunjukkan peningkatan yang nyata akibat penggunaan ganja,” tulis penelitian ini.

“Kasus ini mendukung data anekdotal lain yang menunjukkan bahwa penggunaan ganja dapat menjadi pengobatan tambahan yang bermanfaat pada beberapa pasien dengan epilepsi.”

Selain itu, ada juga studi lain yang diterbitkan NIH pada tahun 2014, berjudul “Delta-9-tetrahydrocannabinol/cannabidiol: a review of its use in patients with moderate to severe spasticity due to multiple sclerosis”, yang menunjukkan ganja efektif dalam mengurangi kejang otot yang menyakitkan.

Meskipun penelitian ini berfokus pada orang yang mengalami kejang otot yang berhubungan dengan multiple sclerosis, kejang adalah salah satu gejala yang paling umum pada orang dengan cerebral palsy.

Sementara itu, salah satu studi kasus yang menarik adalah apa yang pernah disampaikan orang tua Charlotte, salah satu anak dengan cerebral palsy di AS, yang menggunakan minyak ganja (CBD) sebagai obat perawatan.

Jurnalis CNN Saundra Young melaporkan, Charlotte pada awalnya menderita 50 kali kejang dalam sehari. Semua jenis obat telah digunakan orang tuanya, meskipun minim hasil. Akhirnya, Matt dan Page, orang tua Charlotte, memutuskan untuk beralih ke minyak ganja dengan konsentrasi tinggi.

“Pikiran saya sekarang adalah, mengapa kita yang harus keluar dan mencari obat ini? Ini obat alami. Kenapa dokter tidak tahu tentang ini? Kenapa mereka tidak membuatku sadar akan hal ini?” kata Page kepada CNN, dikutip Minggu (3/7/2022).

Setelah berminggu-minggu menggunakan minyak CBD, frekuensi kejang Charlotte turun menjadi hanya dua atau tiga per hari.

Perawatan minyak ganja ini menjadi sangat sukses sehingga Charlotte akhirnya menghentikan pengobatan anti-kejangnya yang lain.

Ia juga mulai berjalan, berbicara, dan bahkan mengendarai sepedanya, hal-hal yang sebelumnya sulit dia lakukan.

“Saya benar-benar melihat otak Charlotte membuat koneksi yang belum pernah dibuat selama bertahun-tahun.”

Meski sejumlah penelitian dan studi kasus telah membuktikan, tetap saja salah satu kekhawatiran orang tua yang mempertimbangkan perawatan ganja medis untuk anak-anak mereka adalah faktor "menjadi tinggi"—bahasa lain untuk ‘teler’.

Menurut David Casarett, penulis buku Stoned: A Doctor's Case For Medical Marijuana, THC adalah senyawa dalam ganja yang bertanggung jawab untuk menghasilkan perasaan mabuk dan teler.

”THC yang membuat Anda teler. Jika Anda merasa euforia, atau jika Anda cukup malang untuk memiliki efek samping yang buruk (seperti halusinasi), itu karena THC. Jadi ganja mungkin akan membuat Anda mabuk selama mengandung THC di dalamnya,” katanya dalam laman NIH.

Kendati demikian, mayoritas ganja medis dan produk minyak ganja memiliki konsentrasi THC yang sangat rendah, sehingga tidak menghasilkan efek teler.

“Jadi, jika Anda menggunakan mariyuana atau produk mariyuana yang rendah THC, maka tidak, Anda tidak akan teler. Itu termasuk, terutama, minyak pekat yang digunakan [untuk mengobati] kejang pediatrik.” (Eff)