Budaya

Jangan Salah Pilih, Begini Cara Menikmati Kuliner Legendaris Jadah Tempe

  • YOGYA, Jogjaaja.com - Jogja yang dikenal sebagai daerah wisata, tidak hanya menawarkan beragam destinasi alam maupun budaya yang bisa dinikmati saat berlibur.Be
Budaya
Ties

Ties

Author

YOGYA, Jogjaaja.com - Jogja yang dikenal sebagai daerah wisata, tidak hanya menawarkan beragam destinasi alam maupun budaya yang bisa dinikmati saat berlibur.


Beberapa kuliner tradisional dan legendaris yang eksis sampai saat ini pun semakin melengkapi predikat kota pelajar sebagai surga makanan bagi wisatawan.

Salah satu kuliner legendaris yang kadung dikenal luas adalah Jadah Tempe. Sejak dibuka dan dikenalkan kepada publik pada 1940 an silam, kudapan khas yang kerap dicicipi saat bersantai ini masih menjadi salah satu pilihan bagi pelancong saat berkunjung ke Jogja. Perpaduan rasa manis dan gurihnya membuat makanan yang satu ini cocok bagi lidah masyarakat.

Menurut Beja Wiryanto, anak ketiga dari legenda kuliner Jogja Sudimah Wiro Sartono alias Mbah Carik, ada aturan tidak tertulis yang mesti dilaksanakan saat mencicipi Jadah Tempe. Makanan dengan paduan Jadah yang merupakan olahan dari ketan dan tempe ataupun tahu yang telah dibacem itu biasanya akan lebih nikmat dikonsumsi sekaligus tanpa dipisah.

"Jadah tempe ini kan sebenarnya makanan para pejuang tempo dulu makanya dari 1940 an sampai hari ini masih bisa dilestarikan sebagai makanan yang otentik, sarat dengan perjuangan dan filosofi. Kalau makan Jadah sama tempe itu jangan makan satu-satu, harus Jadah dan Tempe digabung. Jadah di bawah Tempe di atas," kata Beja ditemui di kawasan Kotagede, cabang kesembilan Jadah Tempe, Minggu (5/2/2023).

Beja menjelaskan, menikmati Jadah Tempe dengan sekaligus menguyah keduanya akan terasa lebih nikmat karena perpaduan rasa gurih dari Jadah yang merupakan olahan ketan bercampur kelapa itu akan menyatu dengan rasa manis yang muncul dari tempe atau tahu bacemnya. Letak Jadah yang di bawah maupun Tempe di atas juga punya makna tersendiri, karena saat digigit akan lebih dulu muncul rasa gurih dibandingkan manisnya.

"Itu dari sisi komposisi rasa, kalau dari sisi warna putih kan melambangkan kesucian yang terlihat dari Jadah dan pada Tempe ada unsur merah yang melambangkan keberanian. Jadi nilai perjuangan dan nuansa kemerdekaan sebagai sejarah awal kuliner ini tetap ada dan melekat," kata dia.

Di sisi lain, eksisnya Jadah Tempe sejak era revolusi fisik sampai zaman modern ini tak lain lantaran sejak awal makanan ini dikemas dan diperjualbelikan tidak serta merta hanya untuk dimakan saja. Munculnya Jadah Tempe yang masih punya benang merah dengan upaya memperjuangkan kemerdekaan disebut Beja didasari pula oleh kandungan gizi dan muatan yang dikandung dari kuliner itu.

Sekarang kuliner legendaris ini sudah membuka sembilan cabang di wilayah Jogja. Di kawasan Kotagede, menjadi cabang terbaru yang dibuka untuk mengembalikan nuansa tempo dulu lantaran wilayah ini atau Mentaok  menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat.

“Kita awali perjuangan dengan Jadah Tempe yang sudah legendaris dan makanan otentik yang ini kehidupan malam di Kotagede itu kan terkenal orang tirakat, bagaimana supaya di sini itu jadi sentra bakmi, sentra kuliner berbagai jenis kan sudah banyak berdiri.”

"Kotagede sekarang kan banyak orang jualan bakmi, harapan kita ke depan ini bisa jadi sentra bakmi Jawa Kotagede. Jadi nanti ada tidak hanya puluhan bahkan ratusan orang bisa berkarya di sini," pungkas dia. (Anz)