Pelajar SD, SMP, dan SMA tengah mengikuti upacara di sekolah.
WISATA & KULINER

Kebijakan Asesmen Nasional Dorong Pelajar Indonesia Berpikir Kritis

  • JAKARTA - Pengamat Pendidikan dan Karier Ina Liem menilai kebijakan Asesmen Nasional (AN) yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim adalah perubahan besar bagi pendidikan Indonesia. Terutama karena murid tidak lagi diuji berdasarkan soal-soal berbentuk hafalan, melainkan soal yang mengasah literasi dan numerasi.

WISATA & KULINER
Redaksi

Redaksi

Author

JAKARTA - Pengamat Pendidikan dan Karier Ina Liem menilai kebijakan Asesmen Nasional (AN) yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim adalah perubahan besar bagi pendidikan Indonesia. Terutama karena murid tidak lagi diuji berdasarkan soal-soal berbentuk hafalan, melainkan soal yang mengasah literasi dan numerasi.

“Ini perubahan besar dari Mas Nadiem. Kita bukan lari lagi, malah Mas Nadiem mau ajak kita melompat. Jadi program Mas Menteri ini kalau kita lihat secara holistik, ini keren banget. Sudah sesuai dengan prinsip inovasi,” kata Ina dalam diskusi daring bertema ‘Asesmen Nasional, Apa Kata Rakyat?’ beberapa waktu lalu.

Menurut Ina, bentuk soal yang dilakukan dalam AN akan membantu anak-anak Indonesia lebih terdorong untuk memahami isi bacaan dan berpikir kritis. Selain itu, AN juga bisa meningkatkan kualitas pelajar Indonesia. Bukan hanya jago hafalan, tapi juga cepat memahami yang akhirnya jago menganalisis.

Dalam kesempatan yang sama, Founder Jurusanku Budi Prast mengatakan model soal Asemen Kompetensi Minimun (AKM) yang sudah dipublikasikan Pusmenjar Kemendikbud di website-nya memperlihatkan bahwa pengajaran guru harus bisa menukik lebih dalam ke pemahaman siswa. Ia mencontohkan soal literasi AKM bagi murid kelas XI yang menampilkan puisi karya W.S Rendra.

“Biasanya kan soal puisi yang ditanyakan ‘siapakah pengarang puisi ini? kapan puisi ini ditulis?’ Tapi sekarang di AKM yang ditanya: apakah kamu setuju puisi ini bertema isu sosial dan anak diminta memberi alasan dalam 100 karakter. Nah, soal-soal AKM ini akan memicu anak menghasilkan inovasi. Jawaban yang harus dikemas dalam 100 karakter itu membuat siswa akan terlatih merangkum ide pokok secara sistematis,” kata Budi.

Meski begitu, dengan adanya Asesmen Nasional, Ina memahami jika terjadi resistensi dari sejumlah pihak. “Karena ini lompatan, makanya tantangannya besar. Menurut saya ini adalah PR kita semua, bukan hanya PR pemerintah,” kata Ina.

Menurutnya, semua pihak harus siap mengaplikasikan AN. Terutama para guru untuk terbiasa memberi penugasan dan soal yang melatih anak memahami, bukan hanya menghafal.

Salah satu guru di sekolah negeri Bandung, Repy Hapyan mengatakan, di sekolahnya sudah ada sosialisasi mengenai AN. “Memang beda jauh tujuannya dengan UN ya. Jadi AN kan tujuannya memetakan kualitas mutu pendidikan. Di dapodik malah sudah ada materi AN di akun Dapodik masing-masing,” kata Repy.

Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim memastikan bahwa Asesmen Nasional akan diselenggarakan pada September dan Oktober 2021. Terdapat 3 bentuk asesmen yang dilakukan yaitu Asesmen Kompetensi Minumun (AKM) dan Survei Karakter bagi siswa, serta Survei Lingkungan Belajar untuk guru.

Nadiem menekankan hasil AN tidak digunakan untuk menghakimi sekolah, guru maupun murid. Melainkan digunakan untuk memetakan kondisi pendidikan sehingga bisa membantu sekolah dan pemerintah menyiapkan strategi bantuan dan penganggaran bagi sekolah yang paling membutuhkan.