Kolosal Upacara Wiwitan di Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul.
Budaya

Kembalikan Kawasan Lumbung Padi, Guwosari Gelar Kolosal Upacara Wiwitan

  • Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul menggelar Kolosal Upacara Wiwitan dalam acara adat tradisi di Joglo Pring Warung Ndeso, Pajangan, Kamis (22/9).
Budaya
Tyo S

Tyo S

Author

BANTUL, Jogjaaja.com – Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul menggelar Kolosal Upacara Wiwitan dalam acara adat tradisi di Joglo Pring Warung Ndeso, Pajangan, Kamis (22/9). Kolosal Upacara Wiwitan mampu ditampilkan dengan apik oleh pelaku seni dan budaya Kalurahan Guwosari.

Sebagai salah satu rintisan desa budaya, Guwosari mengangkat Upacara Wiwitan untuk dipentaskan sebagai pengingat bahwa pada masa kepemimpinan Pangeran Diponegoro, Guwosari adalah salah satu sentra ketahanan pangan dengan hasil pertanian serta lumbung padi yang melimpah.

Lurah Guwosari, Masduki Rahmad mengatakan, motivasi untuk mengembalikan kekuatan pertanian Guwosari dalam Upacara Wiwitan bermula ketika Guwosari mendapat predikat desa rawan pangan pada tahun 2018.

“Pada tahun 2018, Guwosari mendapat predikat desa rawan pangan. Padahal, pada zaman Diponegoro, Guwosari ini jadi pusat peradaban lewat pertanian dan ketahanan pangan,” jelasnya.

Upacara Wiwitan sendiri merupakan tradisi ritual persembahan menjelang panen padi sebagai wujud terima kasih kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang diperoleh. Hal ini pula yang menjadi alasan Upacara Wiwitan dipilih untuk ditampilkan karena proses penanaman padi hingga masa panen mengandung filosofi serta nilai-nilai luhur yang pantas dilestarikan. Sebab, Kalurahan Guwosari ingin kekayaan budaya yang dimiliki tak hanya dipandang sebagai warisan, namun juga memberi nilai kesejahteraan bagi masyarakat.

Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo mengungkapkan Guwosari yang tembus sebagai rintisan desa budaya pada tahun 2021 memiliki andil dalam percepatan pembangunan dan terwujudnya visi misi daerah lewat investasi sumber daya manusia di bidang kebudayaan. Apalagi, proses menuju rintisan desa budaya tidak mudah. 

“Menjadi rintisan desa budaya itu tidak mudah. Prosesnya panjang. Setelah ini, Guwosari juga akan dapat pendampingan dari Dinas Kebudayaan Bantul (Kundha Kabudayan) agar naik tingkat menjadi desa budaya. Harapannya, Guwosari akan tertata lebih baik karena ada sinergi yang dibangun antara masyarakat, pemerintah, dan kebudayaan,” ungkap Joko. (*)