<p>An F-35A during a demonstration of the aircraft at Aero Gatineau-Ottawa Airshow in Quebec, Canada, September 7, 2019. Image: US Air Force/Senior Airman Alexander Cook</p>
News

Lebih Unggul Dibandingkan Jet Tempur Buatan Sendiri, Jerman Pilih F-35A

  •  BERLIN-Setelah perdebatan panjkang Jerman akhirnya memutuskan akan membeli pesawat tempur siluman F-35A untuk mempersenjatai kembali Angkatan Udra mereka
News
Ties

Ties

Author

BERLIN-Setelah perdebatan panjkang Jerman akhirnya memutuskan akan membeli pesawat tempur siluman F-35A untuk mempersenjatai kembali Angkatan Udra mereka dengan pesawat tempur berkemampuan nuklir. 

Pengumuman resmi yang dikeluarkan Senin 14 Maret 2022 tersebut mengakhiri tahun-tahun panjang tentang dugaan bagaimana Berlin akan memilih pengganti pesawat serang sayap ayun Tornado IDS yang menua. 

Lightening II menyingkirkan sejumlah pilihan yang lain seperti Eurofighter Typhoon, F/A-18E/F Super Hornet dan EA- 18G Growler. Typhoon adalah jet tempur yang dibangun konsorsium Eropa termasuk Inggris, Jerman dan Italia.

Sebuah tweet dari Kementerian Pertahanan Jerman mengkonfirmasi keputusan tentang penerus Tornado telah dibuat. Dengan  F-35 tugas berbagi nuklir akan dijamin di masa depan. Pesawat ini akan menggantikan Tornado pada tahun 2030.

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menambahkan F-35 menawarkan potensi unik untuk kerjasama dengan sekutu NATO  dan mitra lain di Eropa.

Berapa F-35 yang akan dibeli dan biaya yang dibutuhkan tidak diungkapkan oleh Kementerian Pertahanan Jerman. Tetapi laporan sebelumnya menyebutkan pembelian akan mencapai 35 pesawat. Jet tempur ini nantinya akan membawa bom gravitasi nuklir milik Amerika di bawah perjanjian lama NATO.

Bom gravitasi nuklir B61 Amerika saat ini disimpan di Pangkalan Udara Büchel di Jerman, serta pangkalan di negara-negara NATO lainnya. Otoritas Amerika dapat melepaskan bom untuk digunakan oleh awak Jerman dalam suatu krisis. 

Saat ini Tornados Jerman disertifikasi untuk bisa membawa senjata ini dan tes telah dilakukan untuk mendukung integrasi bom varian terbaru yakni B61-12 ke pesawat tersebut. 

Di masa depan F-35A juga akan dapat menggunakan B61-12. Angkatan Udara Amerika telah mengatakan bahwa F-35A dapat mulai membawa bom-bom ini secara operasional sebelum akhir tahun ini. Demikian dikutip dari laman resmi TrenAsia.com jaringan media Jogjaaja.com

Tornado Jerman/Lutfwaffe

Namun ada beberapa kabar baik bagi Eurofighter yang telah menjadi penantang potensial F-35 dalam peran serangan nuklir. Kementerian pertahanan mengumumkan bahwa selain dipertahankan sebagai bagian integral bersama F-35, Eurofighter juga  akan dikembangkan lebih lanjut untuk peran tempur elektronik.  Sebanyak 15 Eurofighter ECR dilaporkan akan diperoleh.

Eurofighters tambahan ini akan menjadi penerus versi Tornado ECR yang saat ini digunakan untuk menekan pertahanan udara musuh. 

Letnan Jenderal Ingo Gerhartz komandan angkatan udara Jerman mengatakan dengan F-35 dan pengembangan lebih lanjut dari Eurofighter dalam pertempuran elektronik, posisi Angkatan Udara Jerman sangat baik untuk masa depan.

Keputusan untuk mengakuisi F-35 adalah pembelian senjata skala besar pertama di bawah pemerintahan Kanselir Olaf Scholz. Setelah invasi Rusia ke Ukraina, pemimpin Jerman berjanji untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan hingga target 2% seperti yang digariskan oleh NATO. Sesuatu yang secara konsisten gagal dipenuhi oleh Berlin di masa lalu.

Typhoon Jerman/Lutfwaffe

Keputusan ini juga semakin memperluas penggunaan F-35 di Eropa. Di luar NATO pesanan F-35 di Eropa juga terus bertambah. Swiss dan Finlandia pada 2021 lalu telah memilih untuk membeli jet tersebut.

Sejak Oktober 2017, seorang “pejabat senior” mengatakan bahwa F-35 adalah “pilihan yang lebih disukai” untuk menggantikan Tornado, hanya beberapa bulan setelah Luftwaffe menerima pengarahan rahasia tentang Joint Strike Fighter sebagai bagian dari rencana.

Proses panjang

Pada April 2018 para pejabat Jerman sempat bertanya kepada Amerika tentang kemungkinan mengubah Eurofighter Typhoon menjadi pesawat serang nuklir. Pada saat yang sama, anggota parlemen Jerman mulai mendukung pembelian pesawat tempur Eropa untuk mempertahankan keahlian pesawat militer di Jerman dan Eropa.

Sebulan kemudian, komandan Angkatan Udara Jerman Letnan Jenderal Karl Müllner dipaksa pensiun karena dukungannya terhadap opsi F-35.

Pada Maret 2020  Jerman masih membuka kemungkinan untuk memilih Eurofighter dan Super Hornet sebagai pengganti Tornado. Dalam model ini Super Hornet diperlukan karena kemampuannya mengirimkan senjata nuklir. Modifikasi jet ini dianggap kurang kompleks daripada yang dibutuhkan pada Eurofighter.

Meskipun demikian  para pejabat Jerman tampaknya tetap lebih memilih pesawat tempur generasi kelima. Sebuah alasan yang membuat pilihan akhirnya jatuh pada F-35.

F-35 saat ini bisa dikatakan sudah mapan dalam produksi dan Jerman kemungkinan akan mendapat manfaat dari infrastruktur yang berkembang untuk mendukung jet di Eropa.  

Permintaan untuk penggantian Tornado juga jelas terutama karena jet-jet ini telah berjuang dengan masalah ketersediaan. Kini  menurut rencana Tornado terakhir harus pensiun pada tahun 2030. Meskipun hingga saat ini tidak jelas kapan F-35 Jerman pertama akan dikirim atau kapan mereka akan mampu beroperasi.

Di masa lalu Jerman telah mengumumkan akan mengakuisisi total 85 pesawat baru untuk menggantikan Tornado dalam misi nuklir dan penindasan sistem pertahanan lawan. 

Dengan pemikiran itu mungkin ada pesanan tindak lanjut untuk lebih banyak Eurofighter atau F-35 untuk menyelesaikan rencana itu. (*)