Dompet digital LinkAja dari PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). (Foto: Twitter @LinkAja)
Ekonomi, Fintech & UMKM

LinkAja Jual Saham ke Gojek, Ini Alasannya!

  • JAKARTA – LinkAja membuat kejutan. Bulan Lalu, perusahaan financial technology (fintech) milik badan usaha milik negara (BUMN) mengumumkan investasi strategis d
Ekonomi, Fintech & UMKM
Tyo S

Tyo S

Author

JAKARTA – LinkAja membuat kejutan. Bulan Lalu, perusahaan financial technology (fintech) milik badan usaha milik negara (BUMN) mengumumkan investasi strategis dari Gojek.

Direktur Pemasaran LinkAja Edward Kilian Suwignyo mengungkap dalam penggalangan dana melalui penerbitan saham preferen Seri B, LinkAja mendapat komitmen senilai lebih US$100 juta.

“Yang dimandatkan adalah kalau di LinkAja ini kan mayoritas memang dimiliki oleh perusahaan Indonesia ya BUMN. Sebetulnya ditargetkan jadi national champion dengan mayoritas punyanya Indonesia,” kata dia, dikutip dari Trenasia.com, jejaring media Jogjaaja.com, Senin 19 April 2021.

Meski begitu, pihaknya menyadari jika LinkAja ingin mengembangkan pengguna maka layanan keuangan digital tersebut tidak bisa hanya dapat digunakan untuk bertransaksi pada merchant tertentu saja.

Edward VII menyebut, LinkAja ingin membuat masyarakat bisa menggunakan satu dompet elektronik untuk membayar beragam kebutuhan tanpa terkotak-kotak.

Karena itu pihaknya membuka peluang kerja sama dengan pihak di luar BUMN, sekalipun Gojek atau Grab.

“Jadi kehidupan sehari-hari itu satu e-wallet itu cukup. Makanya dengan masuknya Grab dan Gojek itu memperkaya ekosistem kami. Orang naik nggak selalu Grab, kadang Gojek juga nggak apa-apa. Tapi kalau gitu paling nggak punya dua uang elektronik kan Gopay sama OVO. Tapi kami masuk di tengah-tengah diterima di Gojek, Gofood, Grab, Grabfood sehingga orang cuma perlu satu kan,” paparnya.

Menurutnya, dengan begitu pihaknya dapat meningkatkan value proposition atau nilai manfaat produk/layanan dari LinkAja.

“Value yang kami bawa national champion. Lintas ekosistem ini kami garap semua. Jadi nggak ada dikotomi satu-satu begitu. Hal itulah yang sebetulnya kami bangun, dan itu yang membuat kami beda dari yang lain karena tidak terasosiasi terhadap suatu ekosistem yang eksklusif, tapi lintas masuk semua,” tutupnya. (*)