Gaya Hidup

Mengenal Leptopirosis dan Cara Pencegahannya

  • WONOSARI, Jogjaaja.com- Temuan kasus leptopirosis di Kabupaten Gunungkudul, DIY, sedang dalam tren yang meningkat.Berdasarkan data  Dinas Kesehatan Gunungk
Gaya Hidup
Ties

Ties

Author

WONOSARI, Jogjaaja.com- Temuan kasus leptopirosis di Kabupaten Gunungkudul, DIY, sedang dalam tren yang meningkat.

Berdasarkan data  Dinas Kesehatan Gunungkidul, sejak rentang 2018-2021, wilayah ini memiliki 17 kasus.
Sementara pada tahun 2022, hingga bulan Juni saja sudah ditemukan 22 kasus. Bahkan, empat di antaranya meninggal dunia.

Melalui keterangan resminya, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty menyebut bahwa meningkatnya kasus leptopirosis diakibatkan karena musim hujan.
Menurutnya, kondisi yang basah memungkinkan untuk bakteri penyebab penyakit ini menyebar cepat.

Maka, ia pun mengimbau pada masyarakat, khususnya yang bekerja di bidang pertanian, agar lebih berhati-hati terhadap penyebaran penyakit ini.

Lantas, apa itu leptopirosis dan bagaimana upaya pencegahannya?
Melansir laman WebMD, leptospirosis diklasifikasikan sebagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang dibawa oleh hewan.

Bakteri ini sendiri biasanya menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi, dan dapat hidup selama beberapa tahun di ginjal hewan tersebut tanpa menimbulkan gejala.
Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.

Leptospirosis biasanya menyebar melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Seseorang dapat terserang leptospirosis apabila terkena urine hewan tersebut, atau kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi.

“Leptospirosis juga bisa menular antarmanusia, melalui ASI atau hubungan seksual, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi,” tulis laporan tersebut, dikutip Senin (20/6/2022).

Leptospirosis memiliki gejala yang mirip dengan penyakit flu. Namun, jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa seseorang.

Adapun, seseorang yang terkena penyakit ini biasanya mengalami gejala yang sangat bervariasi. Bahkan, menurut Medical News Today, pada awalnya gejala leptopirosis sering dianggap gejala penyakit biasa.

Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain, demam tinggi dan menggigil disertai sakit kepala; mual, muntah, dan tidak nafsu makan; diare; mata merah, nyeri otot, sakit perut, dan bintik-bintik pada kulit.

Keluhan ini, biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap kedua, yang disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.

Penyakit Weil dapat berkembang 1-3 hari setelah gejala leptospirosis muncul. Keluhan yang muncul bervariasi, tergantung pada organ mana yang terinfeksi. Gejala dan tanda pada penyakit Weil antara lain demam, penyakit kuning, pembengkakan tangan dan kaki, sesak nafas, nyeri dada, hingga mimisan.

Jika Anda mengalami gejala lanjutan, sebaiknya menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Untuk penanganannya sendiri, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah merumuskan beberapa upaya untuk mencegah leptopirosis.

Upaya-upaya ini termasuk meminimalisir kontak dengan area basah atau tanah berlumbuh bekas hewan. Namun, jika memang tidak memungkinkan, misalnya karena tuntutan pekerjaan seperti petani atau peternak, usahakan untuk mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat Anda bekerja.

Selain itu, usahakan juga untuk menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas.

Hindari pula kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam.

Serta yang paling penting adalah selalu menjaga kesehatan diri seperti mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan hewan, serta rajin melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak. (Eff)