News

Misteri Saturnus Punya Cincin, Benarkah Didapat dengan Membunuh Salah Satu Bulannya?

  • Cincin Saturnus adalah salah satu struktur paling ikonik di tata surya.
News
Ties

Ties

Author

JAKARTA-Cincin Saturnus adalah salah satu struktur paling ikonik di tata surya. Terdiri dari miliaran bongkahan kecil es dan batu sekecil debu hingga seukuran rumah cincin itu membentang hingga sekitar 281.600 km dari planet ini. 

Namun mereka hanya memiliki ketebalan vertikal 9 meter dengan ketebalan vertical. Ibaratnya setipis kertas dibandingkan dengan sebuah planet. Cincin juga  mengorbit Saturnus pada kemiringan 26,7 derajat yang aneh. 

Para ilmuwan masih tidak tahu bagaimana cincin ini bisa terbentuk. Tetapi sebuah studi pemodelan baru yang dijalankan oleh para ilmuwan MIT menunjukkan bahwa kisah asal usul cincin itu sedikit lebih mengerikan. Dia berasal kematian bulan purba yang kejam di tangan Saturnus.

 

Saturnus hari ini adalah tuan rumah bagi 83 bulan. Studi baru yang diterbitkan di jurnal Science Kamis 15 September 2022 berhipotesis bahwa selama miliaran tahun, planet ini adalah rumah bagi bulan lain  yang disebut Chrysalis. 

Tetapi menurut pemodelan baru yang dibangun oleh para peneliti, tampaknya 160 juta tahun yang lalu, Chrysalis kehilangan stabilitas dan mendapati dirinya mengorbit terlalu dekat dengan Saturnus. 

Gaya gravitasi besar planet ini menarik bulan  merobeknya hingga hancur dengan relatif cepat. Penghancuran bulan cukup kuat untuk memutuskan ikatan gravitasi yang pernah dimiliki Saturnus dengan Neptunus. Ini  mengakibatkan Saturnus memperoleh kemiringan khasnya.

Sisa-sisa Chrysalis kemungkinan jatuh ke Saturnus. Tetapi para peneliti berpikir sebagian kecil dari potongan-potongan itu mungkin tetap berada di orbit dan akhirnya pecah menjadi fragmen es kecil yang sekarang membentuk cincin besar Saturnus.

Pada akhirnya, studi baru tampaknya menjelaskan tidak hanya mengapa Saturnus memiliki kemiringan tetapi juga mengapa cincin tersebut merupakan fenomena yang cukup baru. 

"Sama seperti kepompong kupu-kupu, bulan ini lama tidak aktif dan tiba-tiba menjadi aktif, dan cincin-cincin itu muncul," kata Jack Wisdom, seorang ilmuwan planet di MIT dan penulis utama studi baru tersebut  dalam siaran pers yang dikutip Daily Beast.

Pemodelan baru ini dimungkinkan berkat data yang dikumpulkan oleh probe Cassini NASA pada September 2017, selama momen misi terakhirnya ketika menghancurkan diri sendiri di atmosfer Saturnus. 

 

Pengamatan tersebut membantu menjelaskan medan gravitasi dan inersia Saturnus, yang membantu mengungkapkan bahwa Neptunus dan Saturnus pernah secara gravitasi sinkron satu sama lain.