News

Peneliti Semakin Dekat dengan Penemuan Revolusioner ‘Vaksin Kanker’

  • YOGYA, Jogjaaja.com - Kanker masih menjadi momok menakutkan bagi kesehatan manusia.Per hari ini saja, angka kematian akibat kanker adalah 158,3 per 100.000 laki
News
Ties

Ties

Author

YOGYA, Jogjaaja.com - Kanker masih menjadi momok menakutkan bagi kesehatan manusia.

Per hari ini saja, angka kematian akibat kanker adalah 158,3 per 100.000 laki-laki dan perempuan setiap tahun.

Bahkan, menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC),  pada tahun 2030 kanker diprediksi akan menempati posisi pertama penyebab kematian.

Selama beberapa dekade pun, para ilmuwan telah mencoba berbagai cara untuk mencegah penyakit ini. Termasuk memanfaatkan kekuatan sistem kekebalan (imun) untuk melawan kanker.

Pakar kesehatan mempelajari vaksin, yang menawarkan pendekatan pencegahan dan terapi, untuk mencegah kanker.

Kepada Washington Post, Jay Berzofsky, kepala cabang vaksin National Cancer Institute, menjelaskan alasannya menggunakan vaksin untuk mencegah kanker.

Menurutnya, sel-sel kanker muncul dari sel-sel normal yang sehat. Hal inilah yang membuat mengapa sel kanker menyerupai sel sehat dan menyembunyikan perbedaan mereka, sehingga sistem kekebalan sering mentolerir mereka.

“Jadi, para ilmuwan telah mempelajari vaksin kanker yang akan mengaktifkan sistem kekebalan untuk mengidentifikasi perbedaan antara sel kanker dengan sel normal yang sehat, dan mengenalinya sebagai benda asing sehingga mereka dapat menolaknya,” ujarnya, dikutip Sabtu (18/6/2022).

Berzofsky menambahkan, memahami bagaimana vaksin kanker terapeutik dapat berbeda dari terapi pencegahan dan obat imunoterapi lainnya adalah penting untuk membedakannya dari vaksin tradisional terhadap influenza atau penyakit lainnya.

Saat ini, sudah ada dua vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi yang meningkatkan risiko terkena kanker. Infeksi ini termasuk human papillomavirus, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan vagina, kanker dubur, kanker penis, dan virus hepatitis B, yang menyebabkan kanker hati.

Vaksin yang saat ini sedang dikembangkan adalah untuk orang dengan lesi kanker prakanker, seperti polip usus besar, dengan harapan dapat mencegahnya menjadi tumor kanker.

Selain temuan Berzofsky, sekelompok peneliti dari University of Pittsburgh, profesor imunologi Olivera Finn dan rekan-rekannya juga sedang menyelidiki vaksin potensial yang terinspirasi oleh karya sebelumnya.

“Tim peneliti menemukan antigen spesifik tumor yang dikenal sebagai MUC1, yang ada di banyak jenis kanker, seperti payudara, usus besar, paru-paru, pankreas, dan prostat,” tulis laporan tersebut dalam Becker’s Hospital Review, dikutip Sabtu (18/6/2022).

“Vaksin berbasis MUC1 menunjukkan respons yang kuat dari sistem kekebalan dalam uji klinis dengan polip usus premaligna,” lanjutnya.

Selain MUC1, pada 2018 lalu sebenarnya beberapa ilmuwan juga telah mengembangkan vaksin yang dipersonalisasi untuk pasien kanker tertentu, yang disebut ‘Neoantigens”.

Melansir Nature, dari hasil uji Neoantigens baru-baru ini, empat dari enam pasien yang divaksinasi tidak mengalami kekambuhan tumor mereka setelah 25 bulan.

Sementara tumor dua pasien lainnya tetap tumbuh, tetapi kemudian mengecil setelah mereka meminum obat imunoterapi tambahan.

“Mereka memiliki reaksi yang luar biasa setelah vaksinasi. Mungkin setelah vaksin, membuat sistem kekebalan tubuh mereka bekerja,” ujar sang penguji, Patrick Ott, direktur klinis Pusat Penyakit Melanoma di Dana-Farber Cancer Institute, dikutip Sabtu (18/6/2022). (*)