Pojok UMKM

Rita Indriana Ingin Jadikan ABC Toys Shelter Mandiri Difabel dan Cerdaskan Anak Bangsa

  • PASANGAN Suami Istri  Eka Kurniawan dan Rita Indriana melalui Anak Bangsa Cerdas Toys atau yang lebih dikenal dengan ABC Toys telah merintis usaha kreatif
Pojok UMKM
Ties

Ties

Author

PASANGAN Suami Istri  Eka Kurniawan dan Rita Indriana melalui Anak Bangsa Cerdas Toys atau yang lebih dikenal dengan ABC Toys telah merintis usaha kreatif di bidang produksi alat permainan edukatif (APE) berbahan dasar kayu sejak tahun 2003.

Berbekal latar belakang suami seorang pengajar di SLB N 1 Bantul, Ibu dua anak ini pun mencoba membuat permainan edukatif dengan bahan kayu berkualitas.

Awalnya hanya membuat puzzle. Setelah berjalan dua tahun, mereka mengembangkan APE lainnya seperti labirin, kereta, menara, balok, dan sampai saat ini sudah ada lebih dari 300 item mainan edukatif.

Bahkan, pasutri ini memberdayakan difabel untuk ikut memproduksi mainan edukatif itu. Sampai saat ini dari 10 karyawan ada lima karyawan difabel yang masih bertahan tempatnya.

Proses produksi yang dikerjakan oleh difabel 

"Ada empat difabel tuna grahita dan satu orang tuna rungu yang masih bekerja disini. Mereka terlibat langsung saat desain, memola, memotong pola sampai pengecatan. Mereka sebelumnya ikut magang disini hingga akhirnya diterima bekerja dengan fasilitas gaji sesuai UMK sampai ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan atau BP JAMSOSTEK. Ada juga bonus lain seperti sembako yang bisa dinikmati bersama keluarga mereka," kata Rita Indriana kepada wartawan akhir pekan lalu di kediamannya di daerah Gedongkiwo, Mantrijeron.

Rita mengakui proses perekrutan menjadi tenaga kerja bagi difabel sudah diketahui saat pemagangan. Saat itu sudah mengetahui keahlian setiap individu dan selanjutnya hanya memberi arahan dasar mengenai ukuran pola, pola yang harus dipotomg sampai pengecatan.

"Kami sebelumnya hanya menerima dua atau tiga orang difabel namun terkendala karena menikah dan memutuskan untuk berhenti. Kami berharap para difabel bisa mandiri dan memiliki usaha sendiri di kemudian hari," ungkap Rita Andriana.

Selain sebagai ladang bisnis, kata Rita ABC Toys juga menjadi shelter workshop mandiri untuk anak-anak penyandang disabilitas serta semakin mengembangkan berbagai macam variasi mainan yang mendukung kecerdasan anak bangsa.

Atas bisnisnya itu, belum lama ini ABC Toys mendapat juara Kategori Manajemen Usaha dalam Dekoya Award yang diselenggarakan oleh Dekranasda Kota Jogja.

Selain itu, Rita juga berharap bisa bermitra dengan para difabel eks karyasannya atau difabel lainnya melalui ABC Toys ini.

Semua proses produksi APE dilakukan karyawan difabel 

Rita yakin harapannya ini bisa terwujud karena para difabel karena secara biologis mereka sama dengan manusia normal lainya. Dengan memiliki usaha sendiri mereka bisa memperoleh pendapatan dan bisa menjalani hidupnya.

"Meski ada keterbatasan saat berusaha, namun Saya yakin difabel bisa memiliki usaha yang fleksibel. Akhirnya mereka bisa menjani hidup sama seperti manusia normal lainya. Saya juga mengajak non difabel untuk menjadi mitra guna membuka lapangan pekerjaan seluasnya," imbuh Rita Indriana.

Karena itu, Rita menjalin komunikasi dengan SLB agar dapat mengirimkan siswanya untuk mengikuti proses pemagangan sehingga meningkatkan skill siswa difabel di masa depan.

"Saya sudah berkomunikasi dengan guru di SMA LB terkait proses magang. Saya berharap banyak difabel yang mengikuti sampai ikut bekerja di ABC Toys. Selain itu, difabel dapat berkarya dan ikut mengambil peran dalam kehidupan bermasyarakat," harap Rita Indriana.


Aman Buat Anak

Produk permainan dari kayu ini dibuat semenarik mungkin dengan warna dan bentuk yang bisa menarik perhatian anak-anak. Termasuk mengutamakan sisi keamanan dalam pembuatannya.

Bahkan, sisa produksinya tidak menghasilkan limbah bagi lingkungan karena sisa serbuk kayu digunakan warga lain di sekitar workshop sebagai bahan bakar untuk memasak. Terlebih saat hajatan karena seebuk kayu lebih cepat panas dan terbakar.

“Keunikan aman untuk anak-anak dari sisi catnya, produk kami tidak ada yang runcing, warnanya cerah, dan yang jelas semua produk sudah ber-SNI. Sedangkan kayu yang digunakan adalah mahoni untuk produk balok, bubur kayu yang dipress sampai kayu pinus yang legal,” katanya.

Harga yang ditawarkan cukup kompetitif. Harga puzzle paling murah dijual sekitar Rp23.000 dan termahal adalah labirin sampai Rp640.000 untuk produk balok Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K).

Adapun permintaan terbanyak adalah permainan balok kayu warna natural, sebab dari permainan itu, imajinasi lebih dapat berkembang.  “Saat membangun (menyusun balok) tidak melihar warna tapi bentuknya,” ungkapnya.

Selain menjual secara offline, ia juga memasarkan secara online di marketplace. Sampai saat ini pemasaran produknya sudah tersebar di seluruh Indonesia. Sebut saja Banda Aceh, Bandung, Makassar, Balikpapan, Pontianak sampai Papua. Hal ini juga tidak terlepas dari seringnya Rita ikut pameran Gebyar PAUD di penjuru nusantara.

Apalagi setelah pemerintah menggencarkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di tingkat desa, bisnis pembuatan APE ini pun juga kecipratan untung. ABC Toys menjadi langganan sekolah-sekolah PAUD yang ada di beberapa daerah di DIY.

"Kami juga ada member tetap yang dalam jangka waktu tertentu selalu memesan produk-produknya. Member itulah yang kebanyakan menjual produk ABC Toys kembali melalui sistem online," jelas Rita.

Hasilnya pendapatan sepanjang tahun 2021 ABC Toys bisa memasarkan  sekitar 12.000 set APE atau senilai Rp400 jutaan. Namun, saat pandemi Covid-19 lalu pendapatannya merosot hingga hanya 700 item saja karena banyak sekolah yang meniadakan pertemuan tatap muka dan mengalihkan dana pembelian APE untuk media pembelajaran lain.


Kendati demikian Rita tetap mengembangkan usahanya dan melakukan inovasi terhadap produk. Misalnya mengembangkan aneka mebeler pendukung pendidikan anak sampai menciptakan produk baru destinasi wisata usai mendapat pelatihan dari Kementerian Parekraf pada Maret 2021.

“Kami menciptakan produk umum bertema destinasi wisata berupa Wayang Kayu Punokawan, replika Tugu Yogyakarta dan Candi Borobudur. Juni nanti ikut pameran bersama dan mendapat penilaian, baru boleh diproduksi massal.” 

"Kami juga ingin memambah hak cipta produk karena selama ini baru memiliki hak cipta rumah tiga dimensi dan semiga bisa tercapai semuanya," harap Rita lagi.