News

Sheikh Hamad, Konglomerat Qatar Dieuga Beri Pangeran Charles Duit Sekoper?

  • LONDON, Jogjaaja.com - Putra mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, dilaporkan menerima sebuah koper berisi uang tunai senilai 1 juta euro atau 15,6 rupiah
News
Ties

Ties

Author

LONDON, Jogjaaja.com - Putra mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, dilaporkan menerima sebuah koper berisi uang tunai senilai 1 juta euro atau 15,6 rupiah miliar dari seorang sheikh Qatar yang kontroversial.

Laporan ini pertama kali ditulis oleh koran Sunday Times, yang mengungkapkan bahwa koper berisi uang  Rp15,6 miliar  itu merupakan satu dari tiga bongkahan uang yang Pangeran Charles terima dari mantan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin Jassim bin Jaber Al-Thani antara 2011-2015.


“Total uang yang diterima Pangeran Charles dari Sheikh Hamad bernilai 3 juta euro (sekitar 46,8 miliar rupiah),” tulis laporan tersebut.

Menurut Sunday Times, Sheikh Hamad memberi Pangeran Charles uang 1 juta euro yang dimasukkan dalam koper merk brand mewah, Fortnum & Mason.

Sementara itu, jurnalis The Times, Gabriel Poground juga melaporkan, pada 2015 lalu Pangeran Charles juga menerima tas ransel berisi 1 juta euro dalam pertempuan personal di Clarence House.

Menurut penelusurannya, “uang-uang tersebut disetorkan ke rekening Dana Amal Pangeran Wales (PWCF), sebuah entitas yang membiayai proyek-proyek pribadi pangeran dan tanahnya di Skotlandia.”

Lantas, siapa sebenarnya Sheikh Hamad itu?

Sheikh Hamad lahir pada 30 Agustus 1959 di Qatar. Ia tercatat pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada kurun 1993 hingga 2007. Kemudian dari 2007 hingga 2013 ia menjadi perdana menteri.

Sebagaimana dilaporkan Forbes, Sheikh Hamad adalah salah satu politikus yang namanya masuk dalam laporan Paradise Paper—sebuah investigasi International Consortium of Investigative Journalism pada November 2017 lalu.

Penyelidikan tersebut mengungkap ratusaan tokoh dan politikus dunia,  yang menyimpan investasi di luar negeri agar terhindar dari pajak atau membayar pajak dengan nominal rendah.

Pada 2016 lalu, nama Sheik Hamad juga masuk dalam Panama Papers. Dokumen tersebut mengungkapkan 143 politisi, keluarga dan rekannya yang menggunakan perusahaan offshore di surga pajak.

Menurut Panama Paper, Hamad memiliki kapal pesiar yang diberi nama ‘Al Mirqab’ yang diduga bernilai 300 juta dolar AS, atau sekitar 4,4 triliun rupiah.

Sementara pada tahun 2017, Hamad menjadi juru bicara dalam pertemuan Qatar dengan Amerika Serikat. Pertemuan itu dilaporkan untuk membela diri usai Arab Saudi menuduh mereka mendukung terorisme dan punya hubungan dekat dengan Iran.

Di tahun itu pula, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.

Belakangan, empat negara telah melonggarkan tuntutan mereka. Arab Saudi juga telah menunjukkan kesediaan untuk menyelesaikan krisis.

Sementara dilaporkan Middle East Monitor, pada akhir Desember 2021 lalu, Hamad menyerukan Dewan Kerja Sama Negara-Negara Teluk (GCC) mendukung rencana Arab Saudi membangun fasilitas rudal balistik.

Ia menilai langkah Saudi penting dan akan membawa keseimbangan militer di kawasan tersebut.

"Negara-negara teluk lain harus mendukung dan mendorong langkah [Arab Saudi] ini," katanya kala itu, dikutip Senin (27/6/2022).

Berdasarkan citra satelit yang dirilis intelijen AS saat itu, Saudi tengah membangun fasilitas misil dengan bantuan China.

Lalu pada Maret, Hamad memperingatkan negara Barat yang mengeksploitasi kekayaan mereka tanpa mempertimbangkan kawasan.

"Barat melupakan negara-negara Teluk, tidak mempertimbangkan kesetaraan mereka, atau atas dasar kepentingan bersama, dan tidak ingat kecuali terdesak," kata Hamad dalam Twitternya, dikutip dari Middle East Monitor.

Menurutnya, Barat dan sebagian negara Eropa sangat membutuhkan minyak dan energi terutama dari GCC.
 

GCC telah mencoba membuat perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara Eropa selama lebih dari 30 tahun.

Namun, ia menilai, kesepakatan seperti itu tidak pernah ditandatangani karena Eropa terus menunda. (Eff)