Home

Terwujudnya Jogja Smart Province Butuh Dukungan Semua Pihak

  • YOGYA, Jogjaaja.com -  Kondisi pandemi saat ini membuat tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin tinggi. Untuk itu, Pemerintah
Home
Ties

Ties

Author

YOGYA, Jogjaaja.com -  Kondisi pandemi saat ini membuat tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin tinggi. Untuk itu, Pemerintah Daerah DIY pun semakin berupaya segera mewujudkan Jogja Smart Province.

"Pandemi ini memang mengakselerasi penggunaan teknologi informasi menjadi lebih cepat dari yang kita rencanakan, termasuk upaya kami mewujudkan Jogja Smart Province. Dalam pengembangannya, pemerintah tidak bisa bergerak sendiri karena ada beberapa dimensi pengembangan yang menuntut kolaborasi maupun partisipasi dari seluruh stakeholder yang ada," ungkap Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, Rony Primanto Hari.

Dalam Podcast Ngobrolin Jogja yang disiarkan langsung di kanal Youtube Humas Jogja dengan tema Jogja Smart Province: Tantangan dan Peluang Pemanfaatan TIK Dalam Rangka Perbaikan Ekonomi Pasca Pandemi, Rony mengatakan, Diskominfo DIY sudah merencanakan pengembangan Jogja Smart Province sejak tahun 2016. Sebelumnya, Diskominfo DIY mempunya program yang bernama Jogja Cyber Province.

"Jika Jogja Cyber Province lebih ditekankan pada pengembangan pelayanan digital oleh pemerintah, maka untuk Jogja Smart Province kita lebih mengedepankan kolaborasi dan kerja sama antar stakeholder dengan menggunakan teknologi informasi yang diinovasi dan dikreasikan dengan lebih baik," jelasnya.

Untuk itu Rony menegaskan, tingkat keberhasilan Jogja Smart Province tidak hanya ditentukan oleh pemerintah saja, tapi juga seluruh stakeholder yang ada. Diungkapkannya, ada lima stakeholder yang diharapkan mampu bekerja sama untuk mewujudkan Jogja Smart Province, yakni pemerintah, dalam hal ini mencakup Pemda DIY maupun pemerintah kabupaten-kota se-DIY; kalangan bisnis, seperti penyediaan infrastruktur atau penyedia jaringan; perguruan tinggi, untuk ikut mendorong dalam hal pengembangan teknologi maupun meliterasi masyarakat.

"Stakeholder keempat ialah masyarakat, yang dalam hal ini dapat ikut meliterasi dan mendidik masyarakat lainnya untuk bisa saling memanfaatkan teknologi informasi. Terakhir adalah komunitas, yang ternyata sangat banyak komunitas di DIY yang bergerak dengan teknologi informasi dengan potensi yang luar biasa," paparnya.

Rony pun menuturkan, perkembangan ekosistem digital di DIY saat ini dalam kondisi cukup baik. Hal ini terlihat dari kontribusi TIK terhadap ekonomi juga cukup tinggi, bahkan menjadi penyumbang yang cukup besar.

"Pada tahun 2021 ini, ada penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen dari luar negeri tentang bagaimana ekosistem digital di kota-kota besar di Asia Tenggara. Dan DIY masuk dalam 15 besar kota besar di Asia Tenggara dengan ekosistem digital yang yang dianggap sangat baik," imbuhnya.

Rony mengatakan, dari penelitian tersebut, tiga kota besar di Indonesia berhasil masuk, yakni DKI Jakarta yang menempati urutan kedua setelah Singapura. kemudian Bandung ada di nomor 10 dan DIY di nomor 14. Hal ini juga dapat diartikan jika aturan, SDM maupun infrastruktur yang ada sudah sangat mendukung pengembangan perekonomian dan wilayah. "Ke depan tinggal bagaimana agar apa yang sudah ada ini bisa lebih baik lagi," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi A DPRD DIY, Stevanus Christian Handoko mengatakan, pemanfaatan TIK di DIY untuk menunjang ekonomi dan meningkatkan proses jual-beli sudah luar biasa. Tercatat lebih dari 317.000 merchant di DIY telah terdaftar di Bank Indonesia menggunakan QRIS untuk proses pembayarannya.

"Data ini tentu luar biasa menggambarkan masyarakat DIY dalam pemanfaatan TIK, karena memang mau tidak mau pandemi ini membuat kita harus memanfaatkan teknologi. Tidak bisa lagi kita mengandalkan proses konvensional," ujarnya.

Stevan menuturkan, kondisi pandemi turut mengubah model bisnis, yang menuntut masyarakat harus beradaptasi, minimal menggunakan tata cara yang sudah berbeda dari sebelumnya. Namun, besarnya peluang pemanfaatan TIK dalam ekonomi ini juga melahirkan tantangan yang perlu diatasi.

"Tantangannya ke depan adalah bagaimana dengan infrastrukturnya. Apalagi sekarang penggunaan smartphone sudah sangat masif, artinya kebutuhan jaringan juga meningkat sangat tajam. Jika berkaitan dengan penerapan teknologi, mau nggak mau infrastruktur juga harus menunjang," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Forum Info Cegatan Jogja, Antok membagikan pengalamannya, bagaimana pandemi turut menuntut penggunaan TIK yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Ia yang sejak awal kami sudah merencanakan akselerasi dengan target pencapaian beberapa tahun ke depan, harus berupaya ekstra karena target pencapaian harus dilakukan sesegera mungkin.

"Meski TIK ini banyak manfaatnya untuk kita gunakan, tapi saya harus mengingatkan smart yang kita maksud di sini jangan sampai menggantikan self. Artinya kebutuhan jaringan juga meningkat sangat tajam. Jika berkaitan dengan penerapan teknologi, mau nggak mau infrastruktur juga harus menunjang," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Forum Info Cegatan Jogja, Antok membagikan pengalamannya, bagaimana pandemi turut menuntut penggunaan TIK yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Ia yang sejak awal kami sudah merencanakan akselerasi dengan target pencapaian beberapa tahun ke depan, harus berupaya ekstra karena target pencapaian harus dilakukan sesegera mungkin.

“Meski TIK ini banyak manfaatnya untuk kita gunakan, tapi saya harus mengingatkan smart yang kita maksud di sini jangan sampai menggantikan self.”

" Artinya jangan sampai menggantikan SDM yang ada. Apa yang kita gunakan saat ini, semua itu hanya tools, bukan untuk menggantikan SDM tapi menunjang SDM agar kerjanya lebih maksimal. Smart di sini seharusnya menjadikan pelayanan yang lebih cerdas," ungkapnya. (*)