<p>Sumber: Twitter Safety</p>
JOGJOL

Tiga Alasan Mengapa Elon Musk Batal Akuisisi Twitter

  • YOGYA, Jogjaaja.com -  Milarder Elon Musk secara resmi mencoba mengakhiri tawarannya untuk membeli Twitter senilai 44 miliar dolar AS pada Jumat (8/7/2022)
JOGJOL
Ties

Ties

Author

YOGYA, Jogjaaja.com -  Milarder Elon Musk secara resmi mencoba mengakhiri tawarannya untuk membeli Twitter senilai 44 miliar dolar AS pada Jumat (8/7/2022) kemarin, dengan dalih perusahaan media sosial itu melakukan pelanggaran perjanjian soal akun bot.

Berdasarkan laporan Reuters, bos Tesla itu menilai Twitter gagal memberikan informasi tentang akun palsu di platformnya.

Imbas keputusan Musk itu, saham Twitter pun turun 6 persen dalam perdagangan yang diperpanjang pada hari yang sama.

Para pengamat memandang, Musk tidak dapat secara sepihak menunda kesepakatan ini. Jika demikian, ayah dari 10 anak itu bisa dikenakan 'biaya perpisahan' senilai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14,6 triliun.

Twitter juga bisa menuntut untuk memaksanya menyelesaikan akuisisi dengan persyaratan yang disepakati.

Bret Taylor, ketua dewan direksi Twitter, menanggapi surat Musk dengan menyebut pihaknya siap untuk menyelesaikan kesepakatan dan bersiap mengajukan tuntutan.

"Dewan Twitter berkomitmen menyelesaikan transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Elon Musk, dan berencana mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger," tulisnya, Sabtu (9/7/2022).

Berikut ini tiga alasan Musk, yang mendasari pembatalan kesepakatan akuisisi ini.

Informasi palsu soal akun bot

Melansir Tech Crunch, pengacara Elon Musk, Vijaya Gadde menyebut alasan informasi palsu soal akun bot jadi alasan kuat mengapa kesepakatan akhirnya batal.

"Tuan Musk mengakhiri Perjanjian Akuisisi karena Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan Perjanjian itu, dan tampaknya membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang diandalkan oleh Musk saat memasuki Perjanjian Penggabungan, dan kemungkinan akan mengalami Efek Merugikan Material Perusahaan," tulis Gadde dalam sebuah surat kepada Chief Legal Officer Twitter, Sabtu (9/7/2022).

Pihak Musk menuding, Twitter menyesatkan investor dan pengguna tentang jumlah akun palsu di platformnya, yang telah lama diperkirakan perusahaan di bawah 5 persen.

"Twitter telah berulang kali membuat pernyataan dalam pengajuan tersebut mengenai bagian mDAU (monetizable daily active users/pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi)-nya yang palsu atau spam," lanjut pernyataan tim hukum itu.

Tak dapat akses ke pusat data
Pihak Musk juga mengklaim bahwa Twitter tidak memberinya akses yang cukup ke pusat data untuk melakukan analisisnya sendiri.

Padahal, Twitter sudah memberinya akses ke 'firehose', pusat data mentah media sosial itu.

Hal itu terutama dilakukan setelah Musk bertemu dan melakukan sesi tanya jawab dengan jajaran karyawan Twitter belum lama ini

Data pengguna tak murni
Surat itu juga menyatakan bahwa Twitter memberi tahu Musk dalam panggilan telepon yang tidak dilaporkan, bahwa perusahaan memasukkan akun yang ditangguhkan dalam nomor pengguna aktif hariannya yang dapat dimonetisasi (mDAU).

"Pengakuan Twitter bahwa mereka berhenti menghitung pengguna palsu atau spam di mDAU-nya ketika menentukan bahwa pengguna tersebut palsu tampaknya adalah hal yang salah," lanjut surat tersebut.

"Sebaliknya, kami memahami, berdasarkan representasi Twitter selama panggilan telepon 30 Juni 2022 dengan kami, bahwa Twitter menyertakan akun yang telah ditangguhkan - dan dengan demikian diketahui palsu atau spam.”

Terlepas dari dalih-dalih di atas, analis dari Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter, menilai ancaman pembatalan kesepakatan yang sudah berulangkali dilakukan itu adalah upaya Musk untuk menurunkan harga penawaran. Pasalnya, estimasi angka bot 5 persen sudah ada sejak 2013.

"Metrik 5 persen sudah keluar sejak lama. Dia jelas sudah melihatnya. Jadi, ini mungkin strategi untuk menurunkan harga," katanya kepada Reuters. (Eff)