Sleman

Wakil Presdir BCA Armand Hartono Berbagi Kunci Agar Bisa Survive dengan Mahasiswa UGM

  • SLEMAN, Jogjaaja.com  -  Menjadi pembicara dalam program BCA Berbagi Ilmu 'Survival Leadership', Wakil Presiden Direktur BCA Armand Wahyudi Hartono ta
Sleman
Ties

Ties

Author

SLEMAN, Jogjaaja.com  -  Menjadi pembicara dalam program BCA Berbagi Ilmu 'Survival Leadership', Wakil Presiden Direktur BCA Armand Wahyudi Hartono tak melulu bicara soal perbankan. Dia juga membagikan tips kepada mahasiswa terkait kehidupan.

"Yang paling penting dalam hidup itu ya kehidupan itu sendiri," katanya saat memulai memberikan materi dalam BCA Berbagi Ilmu yang digelar di Auditorium MM UGM Senin (15/5). Armand pun kemudian membagikan tips supaya bisa survive dalam hidup ini. Berdasarkan pengalamannya dan juga keluarga besarnya. "Nomor satu kalau mau survive, jangan mati dulu. Nomor dua jangan hidup sengsara," tuturnya.

Armand pun mengisahkan perjalanan bisnis grup Djarum, yang dia sendiri adalah cucu dari sang owner. Di grup Djarum, Armand adalah generasi ketiga. Dia mengisahkan, bisnis dimulai kakeknya sejak 1927 dengan menjadi kontraktor. Tetapi gagal. Kemudian beralih menjadi pengusaha kembang api di Rembang. Sempat sukses hingga punya pabrik. Tapi pada 1941 pabriknya terbakar habis. "Karena saat itu ada pencuri yang bawa obor, bawa obor ke pabrik kembang api, ya habis," ujarnya diikuti tawa peserta.

Termasuk pada masa penjajahan Jepang. Kakeknya sempat di penjara. Di dalam penjara itulah, cerita Armand, kakeknya belajar bahasa Inggris dari pilot Amerika yang ditawan Jepang. Hingga akhirnya mendirikan pabrik rokok Djarum. Awalnya pun tidak laku, karena biasa membuat petasan. Sebagai promosi rokok pun ditawarkan pada para sopir. "Kakek saya belajar dari alam semesta, itulah survival dasar," ujarnya.

Begitu pula sejarah BCA. Armand menyebut, sejak berdiri pada 1957 banyak peristiwa. Mulai dari krisis pada medio 1950-1960 yang mencatat inflasi tinggi, kemudian pada 1974 ada peristiwa Malari, dan pada 1980-an terjadi deflasi rupiah. Tapi tantangan itu yang membuat BCA melakukan inovasi. Bahkan sejak 1970-an sudah memikirkan komputerisasi. Baru sukses dijalankan pada awal 1990-an, terjadi krisis di Indonesia pada 1997. Tapi dengan inovasi BCA tetap bertahan hingga saat ini. "Kami juga yang pertama menjalankan layanan mobile banking," ungkapnya.

Dari pengalaman grup Djarum maupun BCA yang diceritakannya, Armand mengajak mahasiswa harus memiliki skill, kemampuan dan jaringan. Dia mengingatkan, meski sudah lulus kuliah jangan sampai tidak melanjutkan kontak ke teman-temannya. Termasuk untuk berani mencoba sesuatu untuk pertama kalinya. Meski ada risiko untuk gagal tapi hal itu akan menjadi pembelajaran untuk survive. "Kejadian seperti pandemi kemarin akan berulang lagi, jadi kita harus siap seperti kepingin lego, yang siap berubah sesuai kondisi," pesannya.

Program BCA Berbagi Ilmu dimulai bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei lalu di Universitas Indonesia (UI) dan dilanjutkan di Universitas Sumatera Utara (USU). Selain di UI, USU, dan UGM rangkaian kuliah umum ini akan turut hadir di sejumlah kampus lain seperti Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin, dengan dihadiri oleh anggota Direksi BCA sebagai pemateri dengan sejumlah topik mulai mulai dari literasi keuangan, kepemimpinan, hingga digitalisasi.

Selain itu, program BCA Berbagi Ilmu akan menghadirkan kegiatan Student Banking Tour yang akan mengajak sejumlah siswa belajar mendalami materi perbankan seraya berkunjung langsung ke kantor cabang BCA. Ada pula kegiatan bertajuk I'm Capable yang mendorong pendidikan inklusif dan ramah disabilitas khusus mengenai materi keuangan dan pelatihan kepada kaum disabilitas.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menambahkan, "BCA Berbagi Ilmu secara khusus kami ramu untuk mendukung kemajuan pendidikan yang inklusif demi mencetak SDM unggul di Indonesia. BCA percaya investasi terbaik bagi generasi muda dalam bentuk pendidikan, pengembangan kapasitas diri. Oleh karena itu, BCA terus berkomitmen untuk terus mendukung agar kelak mereka menjadi #GenerasiPastiBisa."

Rektor UGM Prof Dr Ova Emilia M. med, Ed Sp. OG(K)., Ph.D menyebut, dalam tiga tahun terakhir UGM sering kerja sama berkolaborasi dalam pembelajaran. Tidak hanya pembelajaran di dalam kampus. Tapi juga belajar secara practise experiment learning. Hal itu dimaksudkan supaya mahasiswa tak hanya menyerap materi. Juga bisa menangkap suasana, relasi manusia hingga kepemimpinan. "Hasil riset menunjukkan program praktisi mengajar ini turut memperpendek waktu tunggu kerja para mahasiswa," ungkapnya. (*)