Bantul

Waspada Serangan Ubur-Ubur Parangtritis, Berikut Pertolongan Pertama yang Bisa Diberikan

  • BANTUL, Jogjaaja.com - Peralihan musim dari hujan ke kemarau harus diwaspadai sejumlah wisatawan, terutama yang hendak berlibur ke pantai.Hal ini karena turunny
Bantul
Ties

Ties

Author

BANTUL, Jogjaaja.com - Peralihan musim dari hujan ke kemarau harus diwaspadai sejumlah wisatawan, terutama yang hendak berlibur ke pantai.

Hal ini karena turunnya temperatur udara diprediksi dapat membawa kawanan ubur-ubur ke pesisir pantai.

Di Jogja, masalah tersebut juga menjadi perhatian bagi pengelola Pantai Parangtritis. Pada periode 20-26 Juni 2022 lalu, tercatat sebanyak 66.244 wisatawan yang datang ke sejumlah objek wisata yang dikelola Pemkab Bantul.

Dari jumlah keseluruhan, terbanyak mengunjungi Pantai Parangtritis, yakni sebanyak 59.731 wisatawan—dan selebihnya ke pantai lainnya. Jumlah ini naik 42 persen dibanding kunjungan pekan sebelumnya.

Koordinator Satlinas Wilayah III Parangtritis, Arief Nugraha, pihaknya sudah menyiapkan personel untuk berjaga-jaga di pantai, mengantisipasi wisatawan yang terlalu ketengah saat bermain air.

Selain itu, ia juga mengaku pihaknya tengah mengantisipasi adanya wisatawan yang terserang ubur-ubur.

Ramuan tradisional seperti cuka, alkohol dan salep juga sudah disiapkan untuk mengobati wisatawan yang terserang ubur-ubur.

“Biasanya peralihan musim disertai dengan adanya ubur-ubur, terutama pada Juli-Agustus ini, sehingga bagi wisatawan agar waspada untuk tidak memegang hewan laut yang lucu seperti jeli,” kata Arif dalam keterangan resminya, dikutip Senin (4/7/2022).

Lantas, apa saja upaya yang harus dilakukan ketika terkena serangan ubur-ubur di pantai?

Dampak Serangan Ubur-Ubur
Sekilas, ubur-ubur terlihat menggemaskan dan tidak berbahaya, mengingat bentuknya yang lunak mirip agar-agar.

Padahal, sengatan ubur-ubur bisa terasa menyakitkan dan menimbulkan reaksi yang mengganggu.

Mengutip laman Science.org, saat menyengat, ubur-ubur akan melepaskan racun yang kuat ke dalam kulit. Bahkan, pada kasus tertentu, sengatan hewan laut ini bahkan bisa menyebabkan reaksi alergi serius yang mengancam nyawa manusia.

“Namun, keberadaan ubur-ubur sering kali tidak disadari, sehingga banyak yang terkena sengatannya saat berenang di laut atau pantai,” kata Angel Yanagihara, peneliti ubur-ubur dari University of Hawaii, dikutip dari Science, Senin (4/7/2022).

Ubur-ubur sendiri memiliki tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa sekaligus sebagai alat pertahanan diri dari serangan hewan lain di laut.

Di sepanjang tentakel ubur-ubur inilah tersebar sel kulit nematosit yang mengandung racun.

Sekali ubur-ubur merasa terancam, tentakel ini akan bergerak menyerang, menyengat, dan memindahkan racun-racun ke tubuh organisme lain.

“Bahkan, ubur-ubur yang telah mati pun bisa menyengat saat ia disentuh.”


Menurut Yanagihara, orang yang terkena sengatan ubur-ubur umumnya akan mengalami beberapa gejala, seperti kulit yang terasa gatal, perih seperti terbakar, berdenyut, hingga kulit melepuh. Pada dasarnya, gejala ini dapat diatasi dengan pengobatan sederhana di kotak P3K.

Namun, sengatan ubur-ubur juga dapat menyebabkan reaksi alergi berat atau syok anafilaksis yang dapat membahayakan tubuh. Ketika seseorang mengalami alergi berat, kata Yanagihara, “maka beberapa gejala yang mungkin timbul adalah sulit bernapas, pusing, ruam yang menyebar cepat, mual, denyut jantung meningkat, kejang otot, bahkan penurunan kesadaran”.

Idealnya, apabila seseorang mengalami hal tersebut, ia harus segera dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD) guna mendapatkan pertolongan pertama untuk alergi secara medis.

Pertolongan Pertama Akibat Serangan Ubur-Ubur

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Toxins pada 2017 lalu berjudul “Evaluation of Cyanea capillata Sting Management Protocols Using Ex Vivo and In Vitro Envenomation Models” menganjurkan bentuk pertolongan pertama yang tepat untuk mengatasi reaksi dari sengatan ubur-ubur.

Tak hanya mengurangi rasa sakit, langkah pertolongan pertama juga dapat mencegah racun dari ubur-ubur masuk lebih jauh ke dalam kulit.

Menurut Thomas K. Doyle dkk., penulis studi tersebut, saat Anda atau orang lain disengat ubur-ubur secara tiba-tiba, segera lakukan langkah-langkah penanganan di bawah ini:

Segera jauhkan bagian tubuh dari air asin atau air laut agar rasa sakit tidak semakin parah.

Basuh area yang terkena sengatan dengan air cuka (asam asetat) untuk menonaktifkan sel nematosit dan menghentikan aliran racun.

Lepaskan tentakel yang menempel di kulit secara perlahan sambil terus membasuh area sengatan dengan air cuka.

Gunakan sarung tangan, plastik, atau pinset agar Anda tidak ikut terkena racun dari ubur-ubur.

Rendam bagian tubuh yang disengat ubur-ubur ke dalam air hangat dengan suhu 45 derajat Celcius selama 40 menit.

Jangan sesekali menggaruk lokasi sengatan karena hal ini justru akan melepaskan lebih banyak racun ke dalam tubuh.

Setelah itu, Anda bisa mencuci bekas luka sengatan dengan air mengalir dan sabun. Jika rasa nyeri semakin kuat, gunakan kompres dingin untuk meredakan gejala.

Anda juga bisa mengonsumsi obat pereda nyeri (paracetamol) untuk mengurangi rasa sakit.

Bila korban sengatan ubur-ubur mengalami reaksi alergi serius sehingga kesulitan bernapas, Anda bisa memberikan napas buatan atau melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) jika mengetahui caranya. (Eff)